PENDAKIAN KARAKTER KEMANUSIAAN
Tanggal: 4 Mei 2017
Penulis : Indra S. Gultom
PENDAKIAN KARAKTER KEMANUSIAAN
Saat duduk dibangku SMA, terbesit keinginan untuk naik gunung dimana teman-teman sering membicarakan dan pergi ke gunung bersama-sama. Seperti biasa saya hanya menjadi pendengar setia cerita mereka dan berharap suatu saat nanti saya akan seperti mereka mempunyai keberanian dari sisi finansial untuk naik gunung, Maklum uang jajan sangat terbatas pada saat itu untuk memenuhi kebutuhan rekreasi..hehehe.
Waktu berputar cepat dan saat ini saya sudah berkeluarga dan masih belum sempat mampir ke gunung untuk memenuhi keinginan masa kecil saya. Nah tepat tiga minggu lalu keinginan itu muncul kembali. Banyak variabel yang membuat keinginan saya ini terwujud untuk pertama kalinya dan saya seperti kembali di suatu masa dimana sebuah keinginan itu susah terwujud dan sekarang terulang kembali dengan situasi yang berbeda. Tidak akan saya lewati kesempatan ini!
VARIABEL PERTAMA, Musim pertandingan dan kepelatihan saya di tim bola basket U16 putra telah selesai dan ditutup dengan peringkat kedua di Kompetisi Tingkat DKI.Jakarta. Walaupun tidak sesuai dengan target yang dipersiapkan oleh saya dan Coaching Staff namun saya meng-apresiasikan semua usaha yang telah diberikan oleh pemain-pemain saya. Mereka telah bermain dan bertanding sesuai dengan filosofi yang saya tanamkan. Kecewa tetap ada tapi saya harus berproses kembali untuk bisa move on dan bangkit kembali di musim berikutnya. Saya hanya membutuhkan suatu pelarian untuk bisa memencet tombol reset dikepelatihan saya. Oleh karena itu saya sambut lagi keinginan saya untuk bershabat dengan alam.
VARIABEL KEDUA, Foto yang di upload dan di tag ke saya inilah yang membuat diri ini semakin ingin merasakan apa yang namanya gunung. Wanita yang notabene-nya mantan pacar yang sekarang berstatus Nyonya Gultom ini secara tulus mengabadikan foto dirinya yang telah sampai di salah satu puncak kaki Gunung Gede.
VARIABEL KETIGA, Makan siang yang tidak direncanakan bersama kolega tiba-tiba memberikan undangan untuk naik gunung bersama kolega lainnya. Saya berfikir apakah ini suatu kebetulan ? dimana kepingan-kepingan keseharian saya di arahkan kepada keinginan untuk bisa merasakan apa yang namanya naik gunung. Pembicaraan makin seru dan akhirnya saya memantapkan diri untuk bisa konfirmasi keikutsertaan saya dengan perjalanan mereka.
Itulah variabel-variabel yang ada didalam diri saya untuk bisa memutuskan untuk mewujudkan keinginan lama saya untuk bisa naik gunung. Saya pribadi yang selalu percaya akan persiapan apalagi naik gunung adalah sesuatu hal yang baru buat saya. Persiapan fisik,mental,finansial dan perlengkapan telah saya susun demikian rupa agar pengalaman baru ini bisa berjalan dan berkesan dengan baik. Alhamdulillah teman-tema kolega saya sudah berpengalaman didalam menjelajahi gunung Gede. Alhasil tinggal tunggu tanggal keberangkatan dan persiapan mental dan fisik saya.
PERJALANAN DI MULAI
Kita berangkat setelah pulang jam kantor di hari jumat tanggal 28 April 2017 menuju Cibodas, Bogor. Tiba di pos pendakian di jam 11 malam dalam keadaan yang sangat lelah dikarenakan harus menerobos rimbanya jalan ibukota. Niat awal kita akan mendaki malam untuk bisa mengejar Summit (matahari terbit) tapi kita berfikir kembali dan mulai penanjakan di pagi hari.
Mulailah kita mendaki dengan keadaan yang fit dan segar. Saya merasakan sesuatu yang baru di dalam pendakian ini. Situasi yang hanya saya rasakan sewaktu masa kecil terlihat kembali di lingkungan pendakian Gunung Gede ini yaitu kehangatan didalam besrsosialisasi. Setiap orang yang mendaki seakan di sihir oleh suasana keakraban dimana rasa individual yang melekat semenjak saya hidup di ibukota sirna untuk sesaat. Belum pernah saya melihat orang sangat bertoleransi dan tertib didalam melakukan pendakian. Mereka mengerti akan adanya keterbatasan manusia dan selalu mengedepankan kesabaran dan ke-iklashan didalam berinteraksi antar pendaki yang naik dan turun gunung. Semua orang diperlakukan sama tanpa melihat status sosial yang mereka perlihatkan oleh bawaan mereka untuk mendaki. Saling menyapa dan memotivasi antar pendaki untuk tetap semangat untuk mencapai puncak dan turun kembali ketempat awal pendakian.
Kenapa saya bisa berpendapat demikian dan menulis di blog ini ? karena saya merasakan sendiri semua kebaikan yang diberikan oleh orang-orang yang mendaki bersama saya.
Didalam pendakian menuju puncak Gunung Gede dari Kandang Badak Camping Site, ditengah perjalanan tiba-tiba telapak kaki saya sakit dan tidak memungkinkan untuk mendaki lagi. Saya menjadi penghalang bagi teman-teman saya untuk mencapai puncak. Namun apa yang terjadi kedua teman saya bersedia untuk mengorbankan pengalamannya untuk mencapai puncak gede u demi menemani dan membopong saya turun kembali ke camping site. Sisanya masih bisa untuk melanjutkan ke perjalanan menuju puncak. Langkah demi langkah mereka tetap setia dan memberikan saya semangat untuk bisa menahan rasa sakit dan terus melangkah ke camping site. Sesampainya di camping site saya beristirahat bersama teman saya dan satu orang lagi minta izin untuk bisa naik kembali untuk bisa melihat puncak gunung Gede. Wow suatu sikap yang saya patut ancungkan jempol karena sudah mau bolak-balik naik bukit tetapi tetap mempunyai semangat yang tidak pernah sirna.
Rasa sakit itu muncul kembali ketika kita akan turun gunung. Baru 20 menit perjalanan ,skait itu muncul kembali dan memaksa saya untuk berhenti dan menahan rasa sakit itu. Perjalanan turun masih sangat jauh dan persedian obat sakit saya sudah mau habis. Saya berfikir dan bertanya pada diri saya apakah saya bisa melalui ini?
Saat menahan sakit saya berdoa kpada Tuhan agar mengirimkan malaikat-nya didalam bentuk manusia agar bisa menolong saya dan teman saya untuk bisa mengevakuasi saya. Tidak lama kemudian hadirlah sosok yang tidak saya kenal yang bernama Pak Aeb. Dia bersama Ipar-nya baru saja kan turun dan kembali ke tenda mereka di kandang batu.Beliau menanyakan ada apa dengan saya? Dengan muka yang menahan sakit saya mencoba menjelaskan dibantu dengan salah satu teman saya yang setia menemani (kebetulan ke-empat teman saya sudah agak jauh di depan). Tidak pikir panjang pak Aeb langsung menawarkan diri untuk membawa tas carier saya yang dibantu dnegan Ipar-nya dan pelan-pelan beliau membopong saya dengan penuh semangat agar saya percaya bahwa saya bisa turun dengan selamat. Momen inilah saya berterima kasih kepada Tuhan dan bersyukur saya diberikan nikmat-NYA kembali dengan mengirimkan malaikat-NYA. Untuk informasi tidak hanya satu malaikat yang Tuhan kirim namun Empat sekaligus. KEdua malaikat lainnya yang kasih saya obat, satu dari warga sipil dan satu dari perwat rumah sakit yang sedang naik gunung. Dan satu lagi adalah teman-teman saya yang selalu setia dan sabar menemani saya didalam menjalani proses turun gunung.
Untuk itu saya berterima kasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada teman-teman saya. Tanpa kalian saya tidak mungin melalui hal ini. Tuhan telah memberikan kalian sebagai anugerah dan ntuk itu saya berterima kasih telah menemukan teman-teman sejati di Pendakian Ceria ini.
Begitulah pengalaman saya didalam mendaki gunung untuk pertama kali-nya.
Berikut saya lampirkan video khusus untuk teman-teman saya sebagai tanda kebersamaan kita. Semoga kita masih bisa bekerja sama untuk waktu yang akan datang. Selamat menikmati video dibawah ini.
Tangsel 9 Mei 2017
#bolabaskethidupsaya
VARIABEL PERTAMA, Musim pertandingan dan kepelatihan saya di tim bola basket U16 putra telah selesai dan ditutup dengan peringkat kedua di Kompetisi Tingkat DKI.Jakarta. Walaupun tidak sesuai dengan target yang dipersiapkan oleh saya dan Coaching Staff namun saya meng-apresiasikan semua usaha yang telah diberikan oleh pemain-pemain saya. Mereka telah bermain dan bertanding sesuai dengan filosofi yang saya tanamkan. Kecewa tetap ada tapi saya harus berproses kembali untuk bisa move on dan bangkit kembali di musim berikutnya. Saya hanya membutuhkan suatu pelarian untuk bisa memencet tombol reset dikepelatihan saya. Oleh karena itu saya sambut lagi keinginan saya untuk bershabat dengan alam.
Special greetings from Ny.Gultom |
VARIABEL KETIGA, Makan siang yang tidak direncanakan bersama kolega tiba-tiba memberikan undangan untuk naik gunung bersama kolega lainnya. Saya berfikir apakah ini suatu kebetulan ? dimana kepingan-kepingan keseharian saya di arahkan kepada keinginan untuk bisa merasakan apa yang namanya naik gunung. Pembicaraan makin seru dan akhirnya saya memantapkan diri untuk bisa konfirmasi keikutsertaan saya dengan perjalanan mereka.
Itulah variabel-variabel yang ada didalam diri saya untuk bisa memutuskan untuk mewujudkan keinginan lama saya untuk bisa naik gunung. Saya pribadi yang selalu percaya akan persiapan apalagi naik gunung adalah sesuatu hal yang baru buat saya. Persiapan fisik,mental,finansial dan perlengkapan telah saya susun demikian rupa agar pengalaman baru ini bisa berjalan dan berkesan dengan baik. Alhamdulillah teman-tema kolega saya sudah berpengalaman didalam menjelajahi gunung Gede. Alhasil tinggal tunggu tanggal keberangkatan dan persiapan mental dan fisik saya.
PERJALANAN DI MULAI
Kita berangkat setelah pulang jam kantor di hari jumat tanggal 28 April 2017 menuju Cibodas, Bogor. Tiba di pos pendakian di jam 11 malam dalam keadaan yang sangat lelah dikarenakan harus menerobos rimbanya jalan ibukota. Niat awal kita akan mendaki malam untuk bisa mengejar Summit (matahari terbit) tapi kita berfikir kembali dan mulai penanjakan di pagi hari.
Mulailah kita mendaki dengan keadaan yang fit dan segar. Saya merasakan sesuatu yang baru di dalam pendakian ini. Situasi yang hanya saya rasakan sewaktu masa kecil terlihat kembali di lingkungan pendakian Gunung Gede ini yaitu kehangatan didalam besrsosialisasi. Setiap orang yang mendaki seakan di sihir oleh suasana keakraban dimana rasa individual yang melekat semenjak saya hidup di ibukota sirna untuk sesaat. Belum pernah saya melihat orang sangat bertoleransi dan tertib didalam melakukan pendakian. Mereka mengerti akan adanya keterbatasan manusia dan selalu mengedepankan kesabaran dan ke-iklashan didalam berinteraksi antar pendaki yang naik dan turun gunung. Semua orang diperlakukan sama tanpa melihat status sosial yang mereka perlihatkan oleh bawaan mereka untuk mendaki. Saling menyapa dan memotivasi antar pendaki untuk tetap semangat untuk mencapai puncak dan turun kembali ketempat awal pendakian.
Kenapa saya bisa berpendapat demikian dan menulis di blog ini ? karena saya merasakan sendiri semua kebaikan yang diberikan oleh orang-orang yang mendaki bersama saya.
Didalam pendakian menuju puncak Gunung Gede dari Kandang Badak Camping Site, ditengah perjalanan tiba-tiba telapak kaki saya sakit dan tidak memungkinkan untuk mendaki lagi. Saya menjadi penghalang bagi teman-teman saya untuk mencapai puncak. Namun apa yang terjadi kedua teman saya bersedia untuk mengorbankan pengalamannya untuk mencapai puncak gede u demi menemani dan membopong saya turun kembali ke camping site. Sisanya masih bisa untuk melanjutkan ke perjalanan menuju puncak. Langkah demi langkah mereka tetap setia dan memberikan saya semangat untuk bisa menahan rasa sakit dan terus melangkah ke camping site. Sesampainya di camping site saya beristirahat bersama teman saya dan satu orang lagi minta izin untuk bisa naik kembali untuk bisa melihat puncak gunung Gede. Wow suatu sikap yang saya patut ancungkan jempol karena sudah mau bolak-balik naik bukit tetapi tetap mempunyai semangat yang tidak pernah sirna.
Rasa sakit itu muncul kembali ketika kita akan turun gunung. Baru 20 menit perjalanan ,skait itu muncul kembali dan memaksa saya untuk berhenti dan menahan rasa sakit itu. Perjalanan turun masih sangat jauh dan persedian obat sakit saya sudah mau habis. Saya berfikir dan bertanya pada diri saya apakah saya bisa melalui ini?
Saat menahan sakit saya berdoa kpada Tuhan agar mengirimkan malaikat-nya didalam bentuk manusia agar bisa menolong saya dan teman saya untuk bisa mengevakuasi saya. Tidak lama kemudian hadirlah sosok yang tidak saya kenal yang bernama Pak Aeb. Dia bersama Ipar-nya baru saja kan turun dan kembali ke tenda mereka di kandang batu.Beliau menanyakan ada apa dengan saya? Dengan muka yang menahan sakit saya mencoba menjelaskan dibantu dengan salah satu teman saya yang setia menemani (kebetulan ke-empat teman saya sudah agak jauh di depan). Tidak pikir panjang pak Aeb langsung menawarkan diri untuk membawa tas carier saya yang dibantu dnegan Ipar-nya dan pelan-pelan beliau membopong saya dengan penuh semangat agar saya percaya bahwa saya bisa turun dengan selamat. Momen inilah saya berterima kasih kepada Tuhan dan bersyukur saya diberikan nikmat-NYA kembali dengan mengirimkan malaikat-NYA. Untuk informasi tidak hanya satu malaikat yang Tuhan kirim namun Empat sekaligus. KEdua malaikat lainnya yang kasih saya obat, satu dari warga sipil dan satu dari perwat rumah sakit yang sedang naik gunung. Dan satu lagi adalah teman-teman saya yang selalu setia dan sabar menemani saya didalam menjalani proses turun gunung.
Untuk itu saya berterima kasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada teman-teman saya. Tanpa kalian saya tidak mungin melalui hal ini. Tuhan telah memberikan kalian sebagai anugerah dan ntuk itu saya berterima kasih telah menemukan teman-teman sejati di Pendakian Ceria ini.
Begitulah pengalaman saya didalam mendaki gunung untuk pertama kali-nya.
Berikut saya lampirkan video khusus untuk teman-teman saya sebagai tanda kebersamaan kita. Semoga kita masih bisa bekerja sama untuk waktu yang akan datang. Selamat menikmati video dibawah ini.
Tangsel 9 Mei 2017
#bolabaskethidupsaya
Comments
Post a Comment